Bermediasi- Salahsatu tokoh pemuda Sugandi mengungkapkan, tak mudah membujuk warga kampungnya dan meyakinkan bahwa hutan mereka bisa menjadi obyek wisata. Maklum, selama puluhan tahun hutan itu lekat lebih lekat dengan kisah-kisah mistis ketimbang fungsi lainnya. “ Bahkan tidak ada orang yang berani malam-malam lewat jalan di hutan ini saking sepinya,” kata dia. Hingga anak-anak muda menyadari ada sebuah cara yang bisa membuat hutannya menjadi magnit wisata.
Awalnya, Gandi dan anak-anak muda kampong itu sering melihat rombongan mahasiswa berselfi ria di hutan itu. Pepohonan yang rimbun, suara desau daun pinus dan hawa yang sejuk adalah serombongan suasana yang membuat tempat ini sesungguhnya indah, terbukti para penyuka wisata alam menyambangi hutan itu meski masih kelewat sepi. Lambat-laun, seiring makin gencarnya media social berkembang, tempat itu mulai banyak menghiasi halaman Facebook dan Instagram anak-anak muda.
“ Kami lalu berpikir, kenapa tidak kami jadikan wisata sekalian,” kata Gandi. Para pemuda lantas membuat foto-foto pemandangan, merekam suasana hutan yang sejuk dan mengedarkan jepretan mereka ke sebanyak mungkin teman di dalam media social mereka. Hasilnya,” Dalam dua bulan saja jumlah kunjungan sudah melonjak. Total kami membutuhkan empat bulan untuk mencapai kemajuan besar ini,” katanya.
Keramian itu membuat para tetua kampung lantas setuju menyulap hutan dekat desa mereka sebagai obyek wisata. Berbagai sarana dibangun seperti toilet, tempat duduk dan warung-warung tenda. Beberapa titik hutan dibersihkan tanpa mengganggu kesuburan tanah dan tanaman di sana. “ Kini 1000 orang rata-rata tiap hari datang ke sini. Kesejukan hutan dan suasana desa sepanjang perjalanan membuat orang-orang kota sangat menyukai tempat ini,” ujar Gandi.
Bukan hanya membuka peluang kerja sebagai bakul bmakanan dan pemandu wisata saja, kini Desa Muntuk terus memoles dirinya sebagai desa wisata. Soalnya, selain memiliki kekayaan alam yang elok, desa ini juga pusat pengrajin anyaman bambu turun-temurun yang sudah menjual produk anyaman hingga manca negara. “ Kami akan mengolah wisata sekaligus potensi menganyam bambu sebagai atraksi wisata,” kata Syaiful, salahsatu tokoh pemuda.
Tak tanggung-tanggung, para pemuda juga sedang giat belajar mengenai bagaimana membangun kenyamanan bagi wisatawan yang datang ke desa mereka, kemampuan pelayanan ini sangat serius mereka pelajari. “ Kami ingin menawarkan paket wisata menginap dengan menyediakan homestay lengkap dengan kuliner lokal, atraksi seni dan sekolah menganyam untuk para wisatawan,” kata Syaiful.
Saat ini, ujar Syaiful, Muntuk sedang menggodok proses melahirkan BUMDesa untuk menjadi badan yang akan menangani potensi wisata dengan lebih serius. “ Kami menuju desa wisata. Makanya kami mulai melangkah mendirikan BUMDesa,” katanya. Tampaknya ide itu bukan perkara yang rumit lagi kini mengingat derasnya arus pengunjung yang datang untuk berleha-leha menikmati suasana hutan dan desa yang damai itu.
Syaiful menjelaskan, keramaian tempat ini sontak memberikan banyak perubahan di desanya. Para pemuda kini mendapatkan beragam pekerjaan mendukung keramaian dan kenyamanan pengunjung. Mulai dari pemandu wisata, membuka warung makanan, parkir dan menjual berbagai merchandise yang selalu diburu orang ketika melancong. Muntuk hanya tinggal beberapa langkah saja menjadi desa wisata.
0 Response to "Begini Cara Menyulap Hutan Jadi Tempat Wisata"
Post a Comment