Bermediasi- Deretan perbukitan tampak dari Sragen kota waktu lihat ke utara. Bukit-bukit itu ada di lokasi utara Bengawan Solo. Masyarakat ditempat menyebutkan bukit itu dengan panggilan gunung.
Salah satunya bukit itu jadi batas Desa Tanggan serta Desa Gesi di lokasi Kecamatan Gesi, persisnya di Dukuh Jatisari RT 004/RW 001, Desa Tanggan, Gesi. Bukit itu diketahui dengan nama Gunung Kendeng.
Nama itu hampir sama juga dengan nama pegunungan yang membentang dibagian utara Jawa, yaitu Pegunungan Kendeng.
Praktisi Kebudayaan Gesi, Jarwanto, waktu dihubungi Solopos.com, waktu lalu, mengutarakan nama Kendeng di lokasi Gesi itu dipercaya menjadi asal mula nama Pegunungan Kendeng yang terhampar dibagian utara Jawa Tengah-Jawa Timur.
"Konon dari narasi turun-temurun, kata Kendeng datang dari terdapatnya kabut yang ada di puncak bukit. Orang Jawa menyebutkan kabut itu seperti asap yang kemendeng (tebal). Dari panggilan lalu dimaksud kendeng," tuturnya.
Tidak hanya bernama Gunung Kendeng, gunung itu pun dimaksud Gunung Morojoyo. Jarwanto menjelaskan nama Morojoyo datang dari nama seseorang tokoh yang disemayamkan di kaki gunung itu. Ia mengutarakan Morojoyo diketahui dengan julukan Dewa Judi yang datang dari Sragen.
Morojoyo dibunuh musuhnya di Gunung Kendeng itu sesudah berjudi di daerah Gesi. "Nama asli Morojoyo masih tetap misteri. Morojoyo jadi sebutannya sebab tetap menang judi. Motif pembunuhannya dipercaya sebab dendam musuhnya yang kalah berjudi," tuturnya.
Di puncak bukit itu teradapat satu tugu berupa sisi empat dengan semasing sisinya memiliki ukuran 60 cm serta tinggi 2 mtr.. Jarwanto menjelaskan tugu itu dibuat pada jaman kolonial Belanda.
Ia mengutarakan tugu itu jadi sinyal sekaligus juga menjadi pos pengintaian serta komunikasi pada jaman kolonial Belanda.
"Dahulu di tugu itu tercatat 350 mtr. diatas permukaan laut. Berarti puncak bukit itu ada pada ketinggian 350 mtr. dari permukaan air laut. Tetapi sayang tulisan itu telah hilang, mungkin dirusak tangan jahil. Dari puncak Gunung Kendeng itu dapat lihat hampir semua lokasi Sragen sebab adalah puncak dataran paling tinggi di Bumi Sukowati," katanya.
Jarwanto meneruskan dari puncak bukit itu konon seringkali dipakai untuk komunikasi simpel, diantaranya dengan memakai cermin pemantul sinar yang dapat disaksikan dari pos pengintaian Belanda di lereng Gunung Lawu. Ia mengelus dada sebab keadaan tugu Gunung Kendeng itu tidak tertangani.
Ia meneruskan di lereng samping selatan Gunung Kendeng sempat ada rumah tempat personil pasukan Belanda yang berjaga. Tidak jauh dari tempat itu ada lembah yang dimaksud Nglencong serta di ujung lembahnya dimaksud Mbekungkung.
“Konon, lembah Mbekungkung itu jadi tempat berburu raja di masa Paku Buwono VIII. Nama mbekungkung datang dari alat untuk menjebak macan atau harimau. Macan hasil tangkapan tidak dibunuh tapi dipakai untuk melatih prajurit pilihan, yaitu menjadi uji kelulusan dengan menantang harimau dengan tangan kosong," katanya.
Kabid Kesatuan serta Ketahanan Bangsa Tubuh Kesatuan Bangsa serta Politik (Kesbangpol) Sragen, Agus Endarto, sudah sempat menyurvei tempat tugu itu. Ia menyebutkan tugu itu jadi bukti jejak kolonial Belanda di Sragen.
"Ini puncak penuh keinginan sebab dapat melihat terlepas Sragen serta sekelilingnya," kesannya.
0 Response to "Hikayat Dewa Judi Jadi Misteri di Gunung Kendeng Sragen "
Post a Comment