Bermediasi- Dugaan bunuh diri seorang calon dokter spesialis di Surabaya belum menunjukkan titik terang. Sementara itu, tradisi bullying dan senioritas di kalangan dokter junior makin banyak dapat sorotan.
Rektor Universitas Airlangga (Unair) Prof Moh Nasih menyebut, dugaan kasus bunuh diri yang ramai diperbincangkan saat ini tengah ditangani oleh RSU Dr Soetomo tempat almarhum belajar. Pihaknya juga telah menerjunkan tim untuk menindaklanjuti.
"Kita tidak tahu, itu urusan rumah sakit (RSU dr Soetomo), yang bersangkutan itu baru tiga hari stase (Bekerja) di RS," kata Prof Nasih, Jumat (4/9/2020).
Sementara itu, seorang polisi dari Polrestabes Surabaya AKBP Sudamiran juga belum berkomentar tentang kasus tersebut.
"Ndak ada laporan, sudah saya cek tidak ada laporan," kata AKBP Sudamiran.
Sementara itu, adanya tradisi bullying dan senioritas di kalangan dokter junior makin banyak dapat sorotan. Penugasan-penugasan dari oknum senior yang dianggap tidak manusiawi kerap dikeluhkan oleh dokter junior, bahkan terkadang tidak berhubungan dengan praktik profesi.
Bagi sebagian dokter junior, memiliki kedekatan atau bahkan kekerabatan dengan konsulen atau profesor adalah privilege yang menghindarkan mereka dari bullying. Menurut pengakuan beberapa dokter junior, rekan dari almamater tertentu juga kerap mendapat kemudahan dibanding dokter dari almamater lainnya.
Soal dugaan bullying, Wakil Ketua Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dr Slamet Budiarto mengatakan akan menindak tegas jika ada bullying pada mahasiswa kedokteran, termasuk spesialis. Perilaku tersebut dinilainya melanggar kode etik kedokteran.
"Jadinya kita menghimbau untuk kepada institusi pendidikan yang menyelenggarakan spesialis, untuk melakukan pengawasan dan pembinaan pada saat penyelenggaraan pendidikan, khususnya pendidikan spesialis apakah ada bullying dan lain-lain," kata dr Slamet.
0 Response to "Dugaan Bunuh Diri Calon Dokter Spesialis dan Bullying yang Mendarah Daging"
Post a Comment