Bermediasi- Agustinus Wibowo kerap kali memilih untuk melakukan traveling dalam tempo yang panjang. Bagaimana dia menyiasati keuangan selama perjalanan? Pernahkah dia kehabisan uang?
Agustinus telah menjelajahi berbagai negara. Penulis buku perjalanan, Garis Batas, Selimur Debu, dan Titik Nol, itu boleh dibilang lebih sering melakukan traveling sebagai backpacker.
Dalam menjalani perjalanan, Agustinus memilih untuk melakukan perjalanan dengan durasi yang cukup panjang. Sebagai gambaran dia traveling ke Afganistan selama tiga tahun, berada di perbatasan Indonesia dengan Papua Nugini dalam tempo empat bulan, serta tinggal di Belanda dan Suriname masing-masing selama 2 bulan.
"Tahun 2005 hingga 2007 itu aku dalam perjalanan backpacker yang hidupnya cuma di jalan, mulai dari China, Nepal, India, Afganistan dan Iran, serta sejumlah negara Asia Tengah nonstop traveling terus-terusan," kata Agustinus dalam perbincangan dengan detikTravel.
"Bujet merupakan isu besar, uang kas yang aku siapkan cuma USD 2000, betul-betul uang tunai saja, enggak ada kartu ATM atau kartu kredit," dia menambahkan.
"Dalam perjalanan akbarku di tahun 2005 hingga 2007 itu memang tiap hari ngitungin duit. Makan di emperan, pilih yang termurah. Saat di Pakistan makan ya makan nasi polos. Itu murah, cuma Rp 3000 rupiah. Itu zaman enggak enaklah hehehe," Agus, sapaan karib Agustinus Wibowo, menjelaskan.
Kendati berhemat Agus pernah kehabisan uang. Targetnya untuk melakukan perjalanan darat dari China menuju Afrika Selatan harus terhenti di negara ke-11, di Afganistan. Saat tiba di Afganistan, uang dalam dompetnya tak sampai USD 1 atau nyaris nol.
Sebagai solusi, Agus memutuskan untuk menyetop perjalanannya di Afganistan dan bekerja. Agus menjadi jurnalis foto di sana.
Bahkan, setelah menjadi jurnalis foto di Afganistan, Agus juga tetap berhemat soal makan. Kadang kala dia cukup mengonsumsi nasi dan minyak.
Selain itu, Agus juga pandai-pandai memilih penginapan. Bahkan, sering kali dia memilih untuk menumpang di rumah penduduk setempat.
Bukan cuma untuk sekadar berhemat, Agus memilih tinggal di rumah penduduk lokal agar bisa mengenal budaya masyarakat secara lebih mendalam dan berpartisipasi dalam hidup mereka, bukan cuma jadi penonton.
"Kalau soal tinggal di rumah penduduk enggak selalu lebih murah sih, kadang-kadang lebih boros karena kan bawa oleh-oleh juga hahaha. Tapi, saya selalu mencari teman penduduk lokal, saya enggak mau cuma jadi penonton di tempat yang saya datangi," kata Agus.
"Kalau tinggal di hotel itu tidak dapat cerita apa-apa, kalau di rumah penduduk, info baru, lokasi baru," dia menambahkan.
Agus juga berhemat saat traveling dengan naik kendaraan umum. Dia sampai hapal betul nomor kendaraan serta start dan finis angkutan umum di daerah yang ditinggalinya.
Kendati berhemat, Agus menyarankan agar traveler tidak sampai menyengsarakan dirinya sendiri selama perjalanan. Apalagi, dalam prosesnya Agus mulai memetik kerja kerasnya setelah menerbitkan buku-buku.
"Dulu waktu uangku terbatas, iya (hemat), sekarang tergantung destinasinya. Di Eropa enggak perlu mewah-mewah, tabungan bisa jebol. Secara umum aku enggak punya rencana yang seperti apa, namun selalu memikirkan bujet. Ada uang tunai dan sekarang lebih mudah karena bisa narik uang di mana-mana dan bisa menggunakan kartu kredit," kata Agus.
"Yang penting jangan sampai kehabisan uang tunai atau bahkan sampai berutang ke penduduk, enggak lucu kan kalau sampai begitu. Selain itu, jangan kehabisan di tengah jalan, jangan sampai uang habis saat kecopetan," dia menambahkan.
"Perjalanan enggak harus menderita, kalau terlalu menderita dalam jangka waktu yang lama enggak kuat, enggak enak. Secara umum jangan terlalu ketat, di jalan, harus bisa nikmati. Jangan terlalu keras, jangan setiap hari makan nasi putih saja saat traveling," ujar Agustinus Wibowo.
UPDATE TERSEDIA LIVECHAT POKER757
0 Response to "Cara Agustinus Wibowo Berhemat Saat Traveling"
Post a Comment