Waspada! AS Terancam Diserang Corona Lagi, Ini Alasannya



Bermediasi- Belum juga pandemi akibat virus corona (COVUD-19) di Amerika Serikat (AS) mereda, Center for Disease Control & Prevention (CDC) sudah mewanti-wanti Paman Sam bersiap menghadapi gelombang kedua wabah yang lebih mengerikan dampaknya.

Data John Hopkins Uiversity CSSE menunjukkan, jumlah penderita COVID-19 secara kumulatif per hari ini mencapai 905.333. jumlah kasus infeksi COVID-19 secara global di waktu bersamaan mencapai 2.812.557.

itu artinya AS menyumbang sepertiga dari total kasus infeksi global. Kini AS menduduki peringkat pertama di klasemen negara-negara dengan jumlah kasus terbanyak di dunia, meninggalkan Spanyol dan Italia sebagai runner up dan peringkat tiga dengan jumlah kasus yang terpaut sangat jauh.

Badai pandemi COVID-19 belum juga berlalu. Namun Direktur CDC Robert Redfield telah mengingatkan bahwa gelombang wabah kedua akan muncil musim dingin nanti. Redfield pun dengan tegas mengatakan gelombang kedua ini bakal lebih mengerikan.

"Ada kemungkinan bahwa serangan virus pada musim dingin nanti akan lebih sulit daripada yang baru saja kita lalui," kata Direktur CDC Robert Redfield dalam sebuah wawancara dengan The Washington Post.

"Ketika saya mengatakan ini kepada orang orang, mereka memalingkan muka. Sungguh mereka tidak memahami apa yang saya maksud, " tambahnya. Lebih lanjut direktur CDC tersebut juga mengatakan bahwa wabah gelombang kedua akan bertepatan dengan epidemi flu.

Satu saja sudah kewalahan setengah mati apalagi dua. Begitulah secara sederhana Redfield menjelaskannya. Sekarang yang jadi pertanyaan mengapa harus menunggu musim dingin? Ada apa dengan musim dingin sebenarnya?

Pandemi COVID-19 merupakan tragedi kemanusiaan tahun ini. Wabah yang disebabkan oleh jenis virus yang satu golongan dengan penyebab SARS 2003 silam ini diyakini berasal dari Wuhan, Provinsi Hubei, China bagian tengah.

Kalau melihat pola kemunculan kasus, SARS dan COVID-19 memiliki kesamaan baik dari segi beberapa gejalanya hingga waktu kemunculannya. Ya, kedua wabah ini muncul di China saat musim dingin tengah berlangsung.

Dalam berbagai penelitian, kemampuan virus untuk menginfeksi inangnya juga tergantung pada faktor lingkungan. Untuk jenis virus corona, faktor lingkungan yang kritis adalah suhu dan kelembaban. Virus akan mudah menginfeksi dan bertahan lebih lama di luar inang ketika suhu dan kelembaban rendah.

Ini dapat menjelaskan mengapa SARS muncul pada November 2002 dan COVID-19 pada Desember 2019, kala China berada pada musim dingin yang kering. Saat SARS melanda, curah hujan di Foshan Guangdong China pada Desember 2002 sangat rendah yaitu 0 mm. Selain itu kondisi kekeringan juga terjadi di Wuhan pada Desember tahun lalu. Hal ini terlihat dari curah hujan yang hanya 5 mm.

Selain menguntungkan bagi virus, kondisi dingin juga melemahkan sistem imun inang dari virus yakni manusia. Menurut Zhong Sun dkk temperatur dingin menyebabkan berkurangnya suplai sehingga menurunkan pasokan sel imun ke mukosa (semacam cairan atau lendir) hidung.

Kelembaban yang rendah juga dapat mengurangi kapasitas sel silia di saluran pernapasan untuk menghilangkan partikel virus dan mengeluarkan lendir serta memperbaiki saluran pernapasan.

Dalam lingkungan dengan kelembaban rendah, kemampuan sel yang terinfeksi virus untuk memperingatkan sel tubuh lain akan bahaya invasi virus menjadi terganggu.

Lebih serius lagi, kelembaban rendah dapat menyebabkan lendir hidung menjadi kering; lapisan rongga hidung menjadi rapuh, atau bahkan pecah; dan membuat seluruh saluran pernapasan bagian atas rentan terhadap invasi virus.

Faktor-faktor tersebut lah yang menyebabkan flu dan penyakit yang diakibatkan oleh virus corona bisa merebak saat musim dingin tiba. Dengan adanya penjabaran ini, maka peringatan dari Direktur CDC menjadi masuk akal. Toh banyak ahli kesehatan masyarakat berpendapat bahwa virus ini tak akan pernah benar-benar hilang dan jadi penyakit musiman.

Redfield juga mengimbau untuk terus mepersiapkan dengan baik adanya gelombang kedua wabah ini. Ahli kesehatan dunia meyakini bahwa ada setidaknya tiga skenario berakhirnya pandemi yang mungkin.

Skenario yang pertama, pandemi akan mudah ditangani dengan intervensi di sektor kesehatan seperti biasanya. Di beberapa negara ini efektif terutama yang sudah mempersiapkan strategi sejak dini sehingga wabah bisa ditekan. Namun secara global, merebaknya virus ini masih membuat sektor kesehatan kewalahan dibuatnya.

Skenario kedua, pandemi bisa berakhir dengan ditemukannya vaksin dan obat. Namun pengembangan vaksin dan obat untuk virus baru seperti ini tentu butuh ongkos yang besar. Tak hanya itu waktu pengembangannya pun lama karena harus melewati serangkaian uji klinis.

Nature menyebutkan, pengembangan vaksin paling cepat memakan waktu 12-18 bulan. Namun bukan berarti masalah akan selesai begitu saja ketika vaksin atau obat yang mujarab berhasil dikembangkan.

Masalah lain yang bersifat teknis seperti produksi skala masif untuk mencukupi kebutuhan vaksin/obat hingga mewujudkan program imunisasi yang inklusif juga menyisakan sederet tantangan yang tak bisa dianggap remeh. Jadi memang tidak semudah itu Ferguso.

Kabar terbaru, obat remdesivir yang pekan lalu dikatakan manjur diberikan untuk pasien COVID-19 di AS, kemarin gagal pada uji coba pertama di China. WHO sendiri yang mengatakan.

Namun Gilead Science sebagai produsen obat tersebut menyoroti bahwa karena sedikitnya sampel dan metode pengujian yang dinilai kurang sesuai sebenarnya belum ada yang dapat disimpulkan dari percobaan tersebut. Lebih lanjut Gilead juga mengatakan obat cukup efektif terutama bagi pasien yang menderita COVID-19 pada periode awal.

Terlepas dari kesimpangsiuran informasi tersebut, berbagai negara terutama AS terus mengembangkan obat maupun vaksin untuk melawan pandemic COVID-19.

Beberapa obat yang saat ini digunakan selain remdesivir adalah Tamiflu hingga Chloroquine yang dikenal sebagai obat anti-Malaria. Hasilnya pun beragam dan masih menimbulkan perdebatan.

UPDATE TERSEDIA LIVECHAT POKER757 
DENGAN VERSI ANDROID & IOS
KLIK DI BAWAH INI

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Waspada! AS Terancam Diserang Corona Lagi, Ini Alasannya"

Post a Comment