Demi Pariwisata Borobudur, Gelang Projo Terus Dikembangkan




Bermediasi- Tiga kabupaten yang lokasinya melingkupi  Candi Borobudur yaitu Magelang, Kulon Progo dan Purworejo mendapatkan prioritas pengembangan, agar bisa menunjang hidupnya destinasi superprioritas itu.

Badan Otorita Borobudur (BOB) selaku kepanjangan tangan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang bertugas mengelola pengembangan destinasi tiga kabupaten, yang dikenal dengan sebutan Gelang Projo itu. BOB menargetkan pada 2020, tumbuh lebih banyak model destinasi pendukung di kawasan Gelang Projo.

"Tahun ini kami sudah mulai dengan pengembangan De Loano di Purworejo, kami harap konsep itu bisa diikuti beberapa lokasi di DIY dan Jawa Tengah," ujar Direktur Utama Badan Otorita Borobudur, Indah Juanita di Yogyakarta Selasa 17 Desember 2019.

De Loano merupakan bentuk nomadic tourism rintisan Badan Otorita Borobudur yang mengusung konsep glamorous camping (glamping) atau kemah dengan fasilitas lengkap yang berada di kasawasan Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Loano, di perbukitan Menoreh, Purworejo.

Terdapat 11 tenda eksklusif di hutan pinus, yang luasan lahannya mencapai 309 hektare. De Loano hanya berjarak 13 kilometer dari Candi Borobudur, Magelang, "Yang sudah mengikuti konsep De Loano ini baru di destinasi Hutan Pinus Mangunan Yogyakarta," ujar Indah.

Indah meminta para pengelola destinasi di wilayah DIY Jawa Tengah tak menganggap munculnya satu konsep wisata di tempat lainnya sebagai ajang persaingan dalam konteks negatif. Melainkan saling melengkapi kekhasan masing masing sesuai potensi wisatanya.

Justru jika satu konsep wisata di destinasi A berhasil, Badan Otorita mendorong konsep itu bisa diadopsi di destinasi B. Terutama dengan masih banyaknya titik di kawasan Gelang Projo untuk pengembangan yang mendukung destinasi Borobudur.

"De Loano memang semacam laboratorium untuk pengembangan wisata yang bisa dicontoh daerah lain," ujarnya. Hanya saja, Indah mengimbau dalam adopsi konsep itu, pihak pengelola tetap melibatkan masyarakat lokal untuk menggerakkan usaha wisata yang dijalankan.

"Misalnya di De Loano ada atraksi off road yang melibatkan masyarakat, sebaiknya hal penunjang seperti ini juga diadopsi agar masyarakat lokal bertumbuh juga ekonominya. Ini akan lebih sustainable," ujarnya.

Indah menuturkan dengan masih terbentangnya kawasan pengembangan wisata Borobudur Highland, ada banyak alternatif yang bisa diterapkan oleh pemerintah daerah.

Ia mencontohkan dengan pengembangan homestay di Desa Wisata Nglinggo di Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta.

Homestay yang berada di perbukitan Menoreh dan terkenal dengan hamparan kebun tehnya itu, menurut Indah harus tetap hidup sebagai bagian pendukung destinasi Borobudur, "Misalnya tenda di De Loano penuh disewa wisatawan, alternatifnya bisa ke homestay Nglinggo itu," ujarnya.

Indah menuturkan tahun 2020 pihaknya berfokus membenahi kualitas destinasi di sekitar Borobudur yang sudah tergarap, "Kalau kemarin fokusnya soal jumlah wisatawan yang datang, tahun depan fokus pembenahan kualitasnya," ujar Indah.

Indah menilai kualitas destinasi yang dikelola dengan baik, biasanya membuat wisatawan khususnya mancanegara meningkatkan lama tinggalnya. "Length of stay wisatawan bisa lama, harga bukan lagi masalah," ujar Indah.

Dengan peningkatan kualitas destinasi ini, pihaknya menargetkan masing-masing wisatawan asing yang berkunjung di Candi Borobudur dan destinasi wisata sekitarnya dapat mengeluarkan budget minimal bisa US$ 100 per hari per orang.

UPDATE TERSEDIA LIVECHAT POKER757 
DENGAN VERSI ANDROID & IOS
KLIK DI BAWAH INI

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Demi Pariwisata Borobudur, Gelang Projo Terus Dikembangkan"

Post a Comment